Label

Selasa, 17 Juli 2012

SEIJIN SHIKI


Mina san, Seijin Shiki wo kiita koto ga arimasu ka? Apakah pembaca sekalian pernah mendengar istilah Seijin Shiki. Di Jepang ada sebuah  tradisi yang kurang lebih maknanya mirip seperti upacara “Menek Kelih” di Bali. Seijin shiki atau upacara orang dewasa adalah upacara tahunan yang diadakan pemerintah lokal kota dan desa di Jepang yang mengundang penduduk yang telah mencapai usia 20 tahun untuk merayakan usia yang telah dianggap cukup umur menurut hukum. Acara diselenggarakan di gedung pertemuan, ballroom hotel, atau aula serbaguna milik pemerintah lokal. Bedanya dengan tradisi di Bali, acara Menek Kelih diisi dengan sembahyang dan makan bersama keluarga, sedangkan acara Seijin Shiki dimeriahkan dengan pidato, penerimaan cendera mata, jamuan makan, dan foto bersama dengan pejabat lokal. Walaupun masing-masing memiliki perbedaan tersendiri, tradisi ini sama-sama untuk mensyukuri anak yang sudah beranjak dewasa.
Di kota-kota besar, upacara diadakan pada Hari Kedewasaan yang jatuh pada hari Senin minggu kedua bulan Januari. Di kota-kota kecil dan desa-desa, penyelenggaraan upacara sering dimajukan di hari-hari awal Tahun Baru untuk memudahkan peserta yang terdaftar di di daerah asal dan kebetulan sedang berada di kampung halaman. Jika hari penyelenggaraan upacara tidak dimajukan, peserta yang tinggal di kota harus kembali lagi ke kampung halaman untuk mengikuti Seijin shiki.
Di hari-hari penyelenggaraan Seijin shiki bisa ditemui pemandangan wanita muda peserta Seijin shiki mengenakan kimono resmi jenis Furisode dengan rias wajah dan tata rambut hasil salon, sedangkan laki-laki mengenakan setelan kimono model Hakama. Wanita yang tidak ingin direpotkan dengan kimono bisa mengenakan gaun resmi dan pria mengenakan setelan jas. Upacara Seinen-sai yang diselenggarakan 22 November 1946 di kota Warabi Distrik Kitaadachi, Prefektur Saitama merupakan asal-usul upacara Seijin shiki seperti yang ada sekarang. Pada mulanya, upacara diadakan untuk memberi harapan tentang masa depan yang cerah bagi generasi muda Jepang yang kehilangan segala semangat dan cita-cita akibat Perang Dunia II. Upacara dirintis pemimpin lokal generasi muda bernama Takahashi Shōjirō dan mengambil lokasi di sebuah sekolah dasar di kota Warabi yang dipasangi tenda.
Pada tahun 1948, pemerintah Jepang mengambil perayaan Seinen-sai sebagai contoh dan menetapkan tanggal 15 Januari tahun berikutnya (1949) sebagai Hari Kedewasaan (Seijin no hi). Sejak itu, pemerintah lokal kota dan desa di Jepang selalu mengadakan upacara Hari Kedewasaan tanggal 15 Januari sampai hari penyelenggaraan diubah menjadi hari Senin minggu kedua di bulan Januari sesuai dengan Sistem Happy Monday.

Indonesian Japan Education Fair



Pada tanggal 27 Februari 2011 HMJ Sastra Jepang mengadakan acara Indonesia Jepang Education Fair (IJEF), acara tersebut lebih dikenal dengan sebutan bunkasai. Dalam acara Bunkasai banyak terdapat stand-stand yang tentunya  berhubungan tentang hal-hal berbau jepang. Acaranya dimulai dari jam 08.30-17.00 wita. Pengunjung sudah datang bahkan sebelum jam acara dimulai, itu dikarenakan acara ini merupakan agenda HMJ tahunan, jadi masyarakat juga usdah tahu akan keberadaan acara ini.

Stand-stand yang ada di acara bunkasai antara lain, stand makanan jepang, banyak pilihan makanan jepang yang bisa dinikmati para pengunjung. Kedua ada stan yukata, disini pengunjung bisa menggunakan yukata dan berfoto, hanya perlu membayar 5 ribu rupiah. Ada juga stand pendidikan yang menyediakan info pendidikan dan juga buku-buku. Stand akamaru juga lumayan digemari para pengunjung, disini dijual berbagai jenis kerajinan tangan ala jepang yang dibuat langsung oleh mahasiswa sastra jepang.
Wahana yang paling ramai dan ditunggu-tunggu para pengunjung adalah Obake. Obake sendiri adalah sejenis rumah hantu jepang. Panitia menggunakan salah satu ruangan di gedung Goris untuk membuat rumah hantu. Yang jadi hantu-hantunya panitia acara yang tak lain adalah para mahasiswa sastra jepang. Obake dibuka jam 12 siang, tapi sejak jam 11.00, para pengunjung sudah mengantri di pintu masuk, sampai rela panas-panasan. Harga tiket masuknya sendiri Cuma 5000 rupiah.  Saking banyaknya pengunjung, yang jadi hantu pun berganti shift dalam bekerja. Bahkan sampai sore masih ada pengunjung yang belum bisa masuk obake karena waktu acara sudah selesai.
Ada satu lagi hiburan yang ada di acara bunkasai, yaitu panggung music. Pengisi acaranya pun membawakan lagu-lagu yang beraliran jepang. Panggung music dimulai jam 1 siang hampir berbarengan dengan dibukanya Obake.
Di acara bunkasai ini apapun hal-hal yang berhungungan dengan jepang bisa kalian nikmati, jadi bagi kalian yang suka dengan budaya jepang, bisa hadir lagi di bunkasai tahun depan.